Jumat, 23 Maret 2012

BBM naik, mahasiswa menjerit…

Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di masa kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bukan lagi hal baru. Masih segar di ingatan kita kenaikan BBM pada tahun 2005 dan 2008 lalu sangat berdampak pada masyarakat miskin. Naiknya harga BBM dinilai akan berdampak pada naiknya harga kebutuhan bahan pokok serta PHK sepihak terhadap kaum buruh. Selain itu, kenaikan BBM juga berdampak pada meningkatnya biaya pendidikan yang dikhawatirkan juga berpengaruh tingginya angka putus sekolah. Kebijakan ini pun mendapat reaksi keras dari mahasiswa. Hal ini terbukti dengan banyaknya aksi demo yang digelar di beberapa daerah di Indonesia, salah satunya di Kota Medan oleh Kesatuan Aksi Mahasiswa Institut Teknologi Medan (KAM-ITM) di depan kampusnya, Jl Gedung Arca, Kamis lalu. Salah seorang pengunjuk rasa, Irvan, mengatakan aksi ini bertujuan menolak keras kenaikan BBM yang dapat menambah sengsara rakyat dan jelas meningkatkan angka kemiskinan di Indonesia. “Berangkat dari kondisi ketidakberpihakan pemerintah terhadap masyarakat dengan mengeluarkan rencana kenaikan harga BBM dan TDL, maka kami menyatakan sikap menolak kenaikan itu, nasionalisasi aset-aset asing untuk kesejahteraan rakyat, wujudkan pendidikan gratis, ilmiah, objektif serta bervisi kerakyatan,” tuturnya saat ditemui Kreasi. Sementara itu, Koordinator Front Mahasiswa Sumatera Utara (FROMSU), Donny Aditra mengatakan, secara umum naiknya harga BBM yang rencananya mulai diberlakukan 1 April mendatang nantinya akan berdampak pada dunia pendidikan. "Biaya pendidikan nantinya juga akan mengalami kenaikan akibat naiknya harga kebutuhan belajar mengajar dan sarana lainnya. Kalo ini terjadi, tentunya akan sangat berdampak pada makin tingginya angka putus sekolah," kata Donny. Di Indonesia sendiri, selain kebutuhan operasional industri besar, menengah maupun kecil, BBM juga sangat dibutuhkan untuk hal lainnya, seperti transportasi, kebutuhan rumah tangga, dan lainnya. Artinya, hampir seluruh sektor dan aspek kehidupan rakyat memiliki kaitan erat dengan BBM. "Dengan kenyataan demikian, sudah pasti kaum buruh, tani, dan rakyat di negeri ini harus menanggung beban atas kenaikan harga BBM itu," tutupnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar