Minggu, 18 Maret 2012

HIV/AIDS anak sumut mengkhawatirkan

MEDAN - Penularan HIV/AIDS dari ibu ke anak pasca persalinan diperkirakan akan meningkat di Sumatera Utara, terkait banyaknya pengguna jarum suntik yang memiliki pasangan tetap (isteri).

Project Manager Global Fund Dinas Kesehatan Sumatera Utara Andi Ilham Lubis di Medan hari ini mengatakan sejak tahun 2007 hingga akhir Desember 2011 ditemukan 26 kasus ibu positif HIV/AIDS yang melahirkan di rumah sakit. “Sebanyak 23 ibu melahirkan di Rumah Sakit Haji Medan tiga di RSU Adam Malik Medan,” katanya tadi malam.

join_facebookjoin_twitter

Menurut dia diperkirakan kasus penularan HIV/AIDS dari ibu ke anak akan meningkat pada tahun-tahun mendatang. Hal itu dapat dilihat dari pengguna jarum suntik (penasun) yang memiliki pasangan tetap sebanyak 39 persen. Ia mengibaratkan, kalau ada sekitar 2.000 pengguna jarum suntik dan dari jumlah itu 56 persen yang positif HIV, lalu dari 56 persen itu terdapat sebanyak 39 persen memiliki pasangan tetap. Berarti ada 500 hingga 600 isteri yang berisiko akan positif terkena HIV. “Artinya akan ada ratusan bayi yang lahir berisiko tertular HIV juga. Ini tentunya harus mendapat perhatian yang serius bagi kita semua, bagaimana jumlahnya dapat ditekan,” katanya.

Lebih lanjut ia mengatakan bayi yang lahir dari ibu positif HIV/AIDS dapat diselamatkan, jika sang ibu mengikuti program Preventive Mother To Child Transmission (PMTCT). Dengan program tersebut, selain sang ibu akan rutin diberikan obat ARV, bayi yang akan kemungkinan tidak tertular semakin besar karena bayi dilahirkan melalui operasi. “Kalau tidak mengikuti program PMTCT, maka ada resiko 10-15 persen bayi itu tertular. Tapi, kalau mengikuti program PMTCT, kemungkinan bayi tidak tertular,” katanya.

Saat ini, lanjut dia, beberapa rumah sakit yang melayani program PMTCT ada dua yakni, RS Haji Medan dan RSUPH Adam Malik Medan. Kedepan rumah sakit di daerah diharapkan juga dapat melaksanakan program serupa. “Untuk mencegah penularan dari ibu ke anak, harusnya layanan PMTCT diperbanyak, selain itu ada juga upaya sosialisasi dari pemerintah kabupaten kota, karena banyak masyarakat yang tidak tahu dan sadar kalau dia sendiri juga terinfeksi HIV,” katanya.

Sementara itu, dari estimasi 7.059 penderita HIV/AIDS di Sumatera Utara, baru 60 persen penderita yang terdeteksi. Hal itu ditegaskan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumut, Candra Syafei. Candra menjelaskan, dari estimasi tersebut, baru 60% penderita yang diketahui keberadaannya oleh Pemprov Sumut. Oleh karena itu, ujarnya, untuk meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan kepada seluruh penderita HIV/AIDS, Pemprov Sumut meminta seluruh kabupaten/kota menyediakan fasilitas pemeriksaan khusus HIV/AIDS di rumah sakit ataupun puskesmas di daerah masing-masing.

Menurut Candra, dari 33 kabupaten/kota yang ada di Sumut, sebanyak 26 kabupaten/kota telah memiliki klinik khusus pemeriksaan HIV/AIDS. “Sebenarnya mudah saja bagi kabupaten/kota untuk mendirikan klinik khusus. Cukup dengan keberadaan satu dokter ahli penyakit dalam dan seorang psikolog,” katanya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar